Cari Berita

Breaking News

Slamet Riadi Buka-Bukaan Soal Bapenda

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Jumat, 25 Juli 2025

Slamet Riadi


INILAMPUNGCOM --- Munculnya beragam kabar kurang sedap belakangan ini terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak membuat Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Lampung, Slamet Riadi, kehilangan karakternya: low profile. Ia sama sekali tidak terpancing untuk menunjukkan “sikap keras” sebagaimana kekhasan putra daerah saat jati dirinya terusik.

“Saya ini orangnya terbuka, tidak anti kritik. Sepanjang semua kritik dan saran untuk perbaikan, tidak ada alasan untuk saya menjadi terusik. Justru saya berterimakasih banyak yang memberi perhatian lebih pada institusi yang saya sedang pimpin,” ucap Slamet Riadi, Kamis (24/7/2025) malam.

Apalagi yang disampaikan birokrat sejati yang pernah 15 tahun mengabdi di Pemkab Lampung Timur dan 4,5 tahun di Pemkab Pesawaran itu?

Berikut petikan perbincangan khusus inilampung.com dengan Kepala Bapenda Provinsi Lampung, Slamet Riadi:

Bagaimana Anda menanggapi banyaknya persoalan di Bapenda yang belakangan terangkat ke permukaan?
Jujur ya, saya berterimakasih. Karena dengan itu semua saya dapat bahan untuk introspeksi, baik untuk diri sendiri maupun institusi. Memang, ada beberapa persoalan yang sumir datanya. Namun, banyak juga yang valid. Dan itu semua saya jadikan sarana untuk terus memperbaiki kinerja seluruh jajaran ASN di Bapenda Lampung.

Bagaimana sebenarnya persoalan pemotongan upah pungut yang belakangan banyak dikeluhkan pegawai Bapenda?
Saya luruskan dulu ya. Yang terjadi bukanlah pemotongan, tapi pengurangan. Beda lo maknanya. 

Oke, tapi apa maksud pengurangan upah pungut itu?
Begini, ini saya buka-bukaan aja ya. Bapenda itu kan selama ini menjadi incaran utama para ASN. Apa niatnya? Dapet upah pungut kan? Kesan ada gula ada semut, ya semacam itulah selama ini Bapenda. Nah, image itu ingin saya rubah. 

Memang ini persoalan serius, tapi saya lakukan secara simultan.

Konkritnya seperti apa?
Saya ingin merubah pandangan para pegawai bahwa upah pungut itu didapatkan sebagai hasil dari usaha atau kerja keras mendapatkan PAD. Jadi, kalau mau dapet upah pungut yang besar, ya ayo kerja keras, kerja cerdas, dan komit. Nggak adalagi itu duduk anteng cuma ngarepin upah pungut. Kasarnya ngomong, pola tidak kerja maksimal tapi ngarepin upah pungut besar, itu Bapenda masa lalu. Di jaman saya, nggak begitu. Semua harus kerja keras mendapatkan PAD secara maksimal, baru memperoleh upah pungut.

Anda yakin konsep membalik image Bapenda itu bisa terwujud?
Ya harus yakin dong. Sekarang kan mulai terbukti. Mayoritas ASN di Bapenda sudah menunjukkan peningkatan kinerjanya. Karena mereka memahami bagaimana konsep itu harus diwujudkan. Ya memang, masih ada yang belum bisa mengikuti pola baru ini. Semua masih berproses. Tapi saya optimis, ke depan Bapenda akan semakin baik. Karena itu, saya selalu terbuka terhadap kritik dan saran untuk perbaikan.

Berarti dengan pola baru itu, bagi yang masuk ke Bapenda sekadar berharap mendapat upah pungut yang besar, akan keteteran, begitu?
Ya bisa saja begitu. Kan proses alam semuanya. Tapi kalau mereka mensyukuri diberi amanah pimpinan -dalam hal ini Gubernur- mendapat tugas penempatan di Bapenda, tentu mereka akan maksimal dalam menjalankan tugasnya. Yang kerjanya tidak maksimal, ya akan tersingkir dengan sendirinya. 

Banyak ASN yang merubah pola hidupnya setelah bertugas di Bapenda, bagaimana menurut Anda?
Iya, saya tahu itu. Sering saya ingatkan melalui pengarahan saat apel, agar menjadi pegawai di Bapenda jangan merubah pola hidup. Tapi rubah pola kinerja, nanti rejeki akan mengikuti. Banyak yang bertahan dengan merubah pola hidupnya, akhirnya keteteran sendiri. 

Misalnya seperti apa?
Begitu menjadi pegawai Bapenda, langsung kredit mobil. Dia sudah membayangkan akan mendapat upah pungut sekian, dengan begitu bisa bayar kreditan. Yang terjadi, upah pungut tidak sesuai espektasinya, dan tidak lama kemudian dipindahtugaskan ke tempat lain. Banyak yang mengalami hal semacam itu. 

Anda tahu ada beberapa Kepala UPTD memainkan uang BBM dan menjadi temuan BPK, apa yang Anda lakukan sebagai pimpinan mereka?
Iya, saya tahu. Dan sudah saya tindaklanjuti. Saya sudah panggil masing-masing yang terlibat dalam persoalan itu dan memerintahkan mereka untuk mengembalikan ke kas daerah sebagaimana rekomendasi BPK kepada pak Gubernur.


Bagaimana Anda menanggapi banyaknya persoalan di Bapenda yang belakangan terangkat ke permukaan?
Jujur ya, saya berterimakasih. Karena dengan itu semua saya dapat bahan untuk introspeksi, baik untuk diri sendiri maupun institusi. Memang, ada beberapa persoalan yang sumir datanya. Namun, banyak juga yang valid. Dan itu semua saya jadikan sarana untuk terus memperbaiki kinerja seluruh jajaran ASN di Bapenda Lampung.

Bagaimana sebenarnya persoalan pemotongan upah pungut yang belakangan banyak dikeluhkan pegawai Bapenda?
Saya luruskan dulu ya. Yang terjadi bukanlah pemotongan, tapi pengurangan. Beda lo maknanya. 

Oke, tapi apa maksud pengurangan upah pungut itu?
Begini, ini saya buka-bukaan aja ya. Bapenda itu kan selama ini menjadi incaran utama para ASN. Apa niatnya? Dapet upah pungut kan? Kesan ada gula ada semut, ya semacam itulah selama ini Bapenda. Nah, image itu ingin saya rubah. Memang ini persoalan serius, tapi saya lakukan secara simultan.

Konkritnya seperti apa?
Saya ingin merubah pandangan para pegawai bahwa upah pungut itu didapatkan sebagai hasil dari usaha atau kerja keras mendapatkan PAD. Jadi, kalau mau dapet upah pungut yang besar, ya ayo kerja keras, kerja cerdas, dan komit. Nggak adalagi itu duduk anteng cuma ngarepin upah pungut. Kasarnya ngomong, pola tidak kerja maksimal tapi ngarepin upah pungut besar, itu Bapenda masa lalu. Di jaman saya, nggak begitu. Semua harus kerja keras mendapatkan PAD secara maksimal, baru memperoleh upah pungut.

Anda yakin konsep membalik image Bapenda itu bisa terwujud?
Ya harus yakin dong. Sekarang kan mulai terbukti. Mayoritas ASN di Bapenda sudah menunjukkan peningkatan kinerjanya. Karena mereka memahami bagaimana konsep itu harus diwujudkan. Ya memang, masih ada yang belum bisa mengikuti pola baru ini. Semua masih berproses. Tapi saya optimis, ke depan Bapenda akan semakin baik. Karena itu, saya selalu terbuka terhadap kritik dan saran untuk perbaikan.

Berarti dengan pola baru itu, bagi yang masuk ke Bapenda sekadar berharap mendapat upah pungut yang besar, akan keteteran, begitu?
Ya bisa saja begitu. Kan proses alam semuanya. Tapi kalau mereka mensyukuri diberi amanah pimpinan -dalam hal ini Gubernur- mendapat tugas penempatan di Bapenda, tentu mereka akan maksimal dalam menjalankan tugasnya. Yang kerjanya tidak maksimal, ya akan tersingkir dengan sendirinya. 

Banyak ASN yang merubah pola hidupnya setelah bertugas di Bapenda, bagaimana menurut Anda?
Iya, saya tahu itu. Sering saya ingatkan melalui pengarahan saat apel, agar menjadi pegawai di Bapenda jangan merubah pola hidup. Tapi rubah pola kinerja, nanti rejeki akan mengikuti. Banyak yang bertahan dengan merubah pola hidupnya, akhirnya keteteran sendiri. 

Misalnya seperti apa?
Begitu menjadi pegawai Bapenda, langsung kredit mobil. Dia sudah membayangkan akan mendapat upah pungut sekian, dengan begitu bisa bayar kreditan. Yang terjadi, upah pungut tidak sesuai espektasinya, dan tidak lama kemudian dipindahtugaskan ke tempat lain. Banyak yang mengalami hal semacam itu. 

Anda tahu ada beberapa Kepala UPTD memainkan uang BBM dan menjadi temuan BPK, apa yang Anda lakukan sebagai pimpinan mereka?
Iya, saya tahu. Dan sudah saya tindaklanjuti. Saya sudah panggil masing-masing yang terlibat dalam persoalan itu dan memerintahkan mereka untuk mengembalikan ke kas daerah sebagaimana rekomendasi BPK kepada pak Gubernur.

Bagaimana Anda mengontrol bahwa mereka benar sudah menyetorkan ke kas daerah?
Saya minta fotocopi surat tanda setor (STS)-nya. Selain itu saya ingatkan kepada mereka bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab personal, bukan institusi. Karenanya, jika sampai persoalan ini tidak selesai dan masuk ke ranah hukum, ya pribadi mereka masing-masing yang harus mempertanggungjawabkan. Selaku pimpinan, saya sudah mengambil langkah-langkah. 

Mengenai banyaknya suara minor dari internal Bapenda, apa pendapat Anda?
Ya biasa kalau itu. Apalagi saya sadar benar, dengan merubah pola pandangan dari kinerja maksimal baru akan berbuah upah pungut yang diharapkan, tentu yang selama ini lebih banyak tidak kerja –yang penting datang ke kantor- pasti akan keteteran. Saya juga tahu kok siapa saja yang sering berkotek itu. Dan bagi saya, sepanjang tidak menimbulkan fitnah dan merusak nama baik institusi, ya biar saja. Buat apa saya mikirin hal-hal semacam itu. Karena saya dan pejabat struktural maupun fungsional serta mayoritas pegawai Bapenda setiap hari mikirnya; apalagi ini yang bisa digali untuk mendapatkan PAD. Kalau ada riak-riak semacam itu, anggep-anggep aja hiburan.

Anda sepertinya benar-benar tidak terusik dengan riak-riak yang timbul?
Begini ya, saya ini memulai karier PNS dari bawah bener. Berbagai tugas dan penempatan sudah pernah saya alami. Jadi dengan sendirinya, mental maupun pikiran saya sudah teruji. Bagi saya, yang penting tegak lurus menjalankan amanah pimpinan sesuai ketentuan perundang-undangan. Titik. Bahwa ada riak-riak, ya saya pelajari dan telaah. Kalau intinya hanya sekadar ketidakpuasan, buat apa saya tanggapi. Banyak kerja-kerja besar yang harus terus saya gelorakan ke jajaran pegawai Bapenda, yang muara hasilnya jelas yaitu untuk kepentingan pendanaan pembangunan bagi masyarakat melalui realisasi program-program pak Gubernur. Kan gitu.

Sekarang soal PAD, Anda optimis tercapai hingga akhir tahun nanti? 
Saya optimis. InshaAllah. Saya melihat langsung antusias masyarakat dalam membayar kewajibannya. Pun jajaran pegawai Bapenda terus bekerja keras. Memang, masih banyak hal yang harus terus kami tingkatkan. Itu sebabnya, saya lebih sering turun ke lapangan. Bukan sekadar memonitor tetapi juga memotivasi dan melihat potensi pengembangan pendapatan asli daerah.

Menurut Anda, sudahkah pelayan pajak memberi layanan yang ramah kepada wajib pajak?
Membangun kesadaran bahwa wajib pajak adalah raja, kan butuh waktu dan contoh. Maka berbagai upaya perbaikan terus kami lakukan. Misalnya, disiapkan air mineral atau makanan kecil bagi wajib pajak yang masih menunggu antrian, itu sudah dilakukan pada beberapa UPTD Pendapatan. Begitu juga ada pembagian makanan saat Jum’at Barokah.

Mengenai banyaknya suara minor dari internal Bapenda, apa pendapat Anda?
Ya biasa kalau itu. Apalagi saya sadar benar, dengan merubah pola pandangan dari kinerja maksimal baru akan berbuah upah pungut yang diharapkan, tentu yang selama ini lebih banyak tidak kerja –yang penting datang ke kantor- pasti akan keteteran. Saya juga tahu kok siapa saja yang sering berkotek itu. Dan bagi saya, sepanjang tidak menimbulkan fitnah dan merusak nama baik institusi, ya biar saja. Buat apa saya mikirin hal-hal semacam itu. Karena saya dan pejabat struktural maupun fungsional serta mayoritas pegawai Bapenda setiap hari mikirnya; apalagi ini yang bisa digali untuk mendapatkan PAD. Kalau ada riak-riak semacam itu, anggep-anggep aja hiburan.

Anda sepertinya benar-benar tidak terusik dengan riak-riak yang timbul?
Begini ya, saya ini memulai karier PNS dari bawah bener. Berbagai tugas dan penempatan sudah pernah saya alami. Jadi dengan sendirinya, mental maupun pikiran saya sudah teruji. Bagi saya, yang penting tegak lurus menjalankan amanah pimpinan sesuai ketentuan perundang-undangan. Titik. Bahwa ada riak-riak, ya saya pelajari dan telaah. Kalau intinya hanya sekadar ketidakpuasan, buat apa saya tanggapi. Banyak kerja-kerja besar yang harus terus saya gelorakan ke jajaran pegawai Bapenda, yang muara hasilnya jelas yaitu untuk kepentingan pendanaan pembangunan bagi masyarakat melalui realisasi program-program pak Gubernur. Kan gitu.

Sekarang soal PAD, Anda optimis tercapai hingga akhir tahun nanti? 
Saya optimis. Insya Allah. Saya melihat langsung antusias masyarakat dalam membayar kewajibannya. Pun jajaran pegawai Bapenda terus bekerja keras. Memang, masih banyak hal yang harus terus kami tingkatkan. Itu sebabnya, saya lebih sering turun ke lapangan. Bukan sekadar memonitor tetapi juga memotivasi dan melihat potensi pengembangan pendapatan asli daerah.

Menurut Anda, sudahkah pelayan pajak memberi layanan yang ramah kepada wajib pajak?
Membangun kesadaran bahwa wajib pajak adalah raja, kan butuh waktu dan contoh. Maka berbagai upaya perbaikan terus kami lakukan. Misalnya, disiapkan air mineral atau makanan kecil bagi wajib pajak yang masih menunggu antrian, itu sudah dilakukan pada beberapa UPTD Pendapatan. Begitu juga ada pembagian makanan saat Jum’at Barokah.

Terakhir, apa pesan Anda buat seluruh jajaran pegawai Bapenda?
Satu saja, ayo kerja maksimal mendapatkan PAD. Karena ini bukan sekadar tanggung jawab kita sebagai pegawai Bapenda, tapi juga bagian dari ibadah kita. Dimana hasil perjuangan kita itu memberi manfaat besar bagi terwujudnya pembangunan untuk masyarakat Lampung. Bahwa dibalik itu kita memperoleh upah pungut, itulah buah perjuangan dan rejeki kita. 

Terakhir, apa pesan Anda buat seluruh jajaran pegawai Bapenda?
Satu saja, ayo kerja maksimal mendapatkan PAD. Karena ini bukan sekadar tanggung jawab kita sebagai pegawai Bapenda, tapi juga bagian dari ibadah kita. Dimana hasil perjuangan kita itu memberi manfaat besar bagi terwujudnya pembangunan untuk masyarakat Lampung. Bahwa dibalik itu kita memperoleh upah pungut, itulah buah perjuangan dan rejeki kita. (kgm-1/inilampung
  

LIPSUS