Cari Berita

Breaking News

Usai Diprotes, Kadisparekraf Minta Sowan ke Keluarga Radin Inten II

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Sabtu, 05 Juli 2025

 

Yogha Pramana (kemeja motif ungu)

INILAMPUNGCOM -- Pelaksanaan Festival Krakatau ke-34 yang dibuka secara resmi pada Sabtu (5/7/2025) siang oleh Wagub Jihan Nurlela di Lapangan Korpri Komplek Kantor Gubernur Lampung di Telukbetung, menuai protes dari keluarga besar Keratuan Darah Putih sebagai keturunan langsung Pahlawan Nasional Radin Inten II.


K-Fest 2025 bertema “Lampung Mask Street Carnival” itu dinilai telah melukai nilai-nilai adat dan warisan budaya lokal karena mengangkat Tuping 12 sebagai ikon utama agenda tahunan Pemprov Lampung tersebut tanpa melibatkan keluarga ahli waris Pahlawan Nasional Radin Inten II maupun tokoh adat.


“Tuping 12 bukan sekadar properti pentas atau kostum karnaval. Itu adalah simbol spiritual, budaya, dan sejarah perjuangan Radin Inten II yang sakral dalam adat kami,” kata Yogha Pramana –biasa disapa Aden Yogha-, perwakilan ahli waris.


Ditegaskan, penggunaan unsur Tuping 12 secara sepihak tanpa koordinasi atau klarifikasi dari pihak penyelenggara festival –Dinas Pariwisata dan Ekonomi Krearif Lampung- adalah bentuk pengabaian terhadap etika budaya dan penghormatan atas sejarah.


“Kalau warisan budaya bisa digunakan seenaknya tanpa izin dan tanpa narasi yang benar, maka makna sejarahnya akan hilang. Ini bukan soal formalitas pelibatan, tapi penghormatan terhadap jati diri dan martabat adat,” lanjutnya.


Tupping 12 adalah wajah prajurit Radin Intan II yang ditampilkan saat Festival Krakatau -- dan  Tupping ini tidak sembarangan dipakai, hanya keluar 30 tahun sekali untuk acara Keratuan Darah Putih (foto; Antara)

Ketika dihubungi inilampung.com Sabtu (5/7/2025) malam, Aden Yogha menyatakan, setelah pihaknya menyampaikan protes, melalui Dinas Pariwisata Lampung Selatan, Kepala Dinas Parekraf Lampung –Bobby Irawan- minta dijadwalkan untuk sowan keluarga ahli waris Pahlawan Nasional Radin Inten II.


“Tadi dari Dinas Pariwisata Lampung Selatan menyampaikan kalau Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung minta diagendakan untuk sowan kepada keluarga ahli waris Pahlawan Nasional Radin Inten II. Pada prinsipnya, kami selalu membuka ruang untuk bertemu, dialog, dan saling memahami adat budaya serta sejarah perjuangan Radin Inten II. Kita tunggu saja kesungguhannya,” kata Aden Yogha.


Ia mengaku, sekitar pukul 09.40 Wib Sabtu (5/7/2025) pagi pihaknya menerima undangan acara pembukaan Festival Krakatau melalui Dinas Pariwisata Lampung Selatan.


“Undangan yang dikirimkan ke kami adalah undangan digital dari Dinas Pariwisata Lampung Selatan, bukan dari Dinas Pariwisata Provinsi Lampung,” jelas Aden Yogha.


Ditegaskan, pengangkatan Tuping 12 dalam konteks festival yang bersifat hiburan dikhawatirkan oleh keluarga besar Keratuan Darah Putih yang merupakan garis keturunan langsung Pahlawan Nasional Radin Inten II justru mengaburkan makna filosofis dan perjuangan yang melekat didalamnya.


“Jangan sampai Tuping 12 dianggap sekadar topeng eksotik. Padahal itu lambang perjuangan dan kearifan lokal,” lanjut Aden Yogha.


Tanpa ke Krakatau  

Sebagaimana diketahui, Festival Krakatau ke-34 Tahun 2025 yang dimulai sejak 1 Juli 2025, tanpa agenda trip wisata ke Gunung Anak Krakatau. Padahal, perjalanan wisata ke Gunung Anak Krakatau itulah ikon utama dan daya tarik dari festival tahunan ini. 


Tak ayal, banyak pihak menilai, dengan dihelatnya Festival Krakatau tanpa ke Gunung Anak Krakatau membuktikan bila Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Lampung hanya sekadar memenuhi tugasnya menjalankan agenda yang tahunan semata.


Mengapa trip wisata ke Gunung Anak Krakatau ditiadakan pada K-Fest ke-34 yang berlangsung hingga Minggu (6/7/2025) besok? Menurut penelusuran inilampung.com, selain ketidakmampuan Disparekraf memanage agenda secara baik dan “menjual”, juga akibat belum adanya kepastian mulai berlayarnya Kapal Dalom Lintas Berjaya (DLJ).


Kapal yang dibuat di Tiongkok hasil kerja sama BUMD PT Lampung Jasa Utama (LJU) melalui anak usahanya PT Trans Lampung Utama (TLU) dengan PT Damai Lintas Nusantara (DLN) Surabaya tersebut, jauh-jauh hari telah direncanakan mulai dioperasikan tanggal 1 Juli 2025 bersamaan dengan peresmian K-Fest 2025 dan mengangkut jajaran pejabat serta wisatawan mengelilingi Gunung Anak Krakatau.


Diketahui, Kapal Dalom Lintas Berjaya (DLJ) dibuat di Tiongkok senilai Rp 170 miliar itu disebut-sebut sejak awal Mei lalu tengah dalam perjalanan menuju Lampung. Kapal tersebut memiliki kecepatan maksimal 17 knot, dengan panjang 115 meter, lebar 23 meter, dan kemampuan angkut 150 unit kendaraan.


Pada penutupan K-Fest 2025 pada Minggu (6/7/2025) malam di Lapangan Korpri, Disparekraf menampilkan musisi Mr. JonoJoni dan pembagian hadiah bagi pemenang “Lampung Mask Street Carnival”. (kgm-1/inilampung


LIPSUS