-->
Cari Berita

Breaking News

Analisis Berita: Mengapa Gubernur Mirza Mendadak Ajak Petani Tanam Jagung

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Jumat, 12 September 2025

Kepala Dinas KPTPH Lampung Elvira Umihanni punya tugas berat mewujudkan ajakan Gubernur Mirza kepada petani untuk alih tanam komoditas. (ist/inilampung)


INILAMPUGCOM - Ditengah keseriusannya memastikan harga singkong –dan telah disetujui Kementerian Pertanian-, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal mendadak mengajak petani singkong beralih menanam jagung dan padi gogo.


Dua komoditas –jagung dan padi gogo- menurut Gubernur Mirza, lebih strategis karena dijamin pemerintah, dilarang impor, dan mempunyai peluang hilirisasi yang luas.


“Harga gabah padi dan jagung sudah dijamin pemerintah, impor juga dilarang, dan potensi tambah hilirisasinya sangat besar. Karena itu akan lebih baik jika kita fokus mengembangkan dua komoditas tersebut,” urai Gubernur Mirza seusai memimpin Rakor Pembangunan Pertanian Provinsi Lampung di Balai Keratun, Kamis (11/9/2025) kemarin.


Meski begitu, Mirza mengakui adanya kendala besar dalam peralihan dari menanam singkong ke jagung dan padi gogo, yaitu ketersediaan air. Itu sebabnya dalam rakor yang dipimpinnya dihadirkan pula pihak PLN, yang akan membantu menghadirkan listrik untuk pompa air di daerah-daerah yang jauh dari irigasi.


Wilayah yang menjadi prioritas untuk alih komoditas itu selama ini dikenal sebagai sentra singkong, yaitu Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Mesuji.


Mengenai ajakan Gubernur Mirza agar petani singkong beralih menanam jagung dan padi gogo, Kepala Dinas KPTPH Lampung Elvira Umihanni menilai, hal itu tergantung pada kondisi lahan dan ketersediaan air.


“Singkong relatif lebih tahan terhadap kekurangan air, sedangkan jagung dan padi gogo butuh lahan yang lebih subur dan ketersediaan air yang memadai,” kata Elvira.


Walau ada ajakan dari Gubernur Mirza agar petani beralih menanam jagung dan padi gogo, menurut Elvira, pemprov tidak akan memaksa petani yang tetap menanam singkong. Pola kemitraan dengan industri juga tetap akan dijalankan, termasuk mendorong perguruan tinggi dan balai pelatihan memperkuat kapasitas penyuluh.


Peta Kawasan Pertanian

Guna menelaah lahirnya ajakan Gubernur Mirza agar petani singkong beralih menanam jagung dan padi gogo, ada baiknya dibuka peta kawasan pertanian di Provinsi Lampung.


Menurut Materi Teknis RTRW Provinsi Lampung Tahun 2023-2043, total luas kawasan pertanian di provinsi ini mencapai 880.758,21 hektare. Terdiri dari kawasan hortikultura 72.820,47 hektare, kawasan perkebunan 446.346,52 hektare, kawasan peternakan 184,05 hektare, dan kawasan tanaman pangan 361.407,17 hektare.


Dan memang, jagung maupun padi adalah komoditas unggulan Provinsi Lampung, selain ubikayu atau singkong. Produksi jagung dan ubikayu selama kurun waktu 2018 hingga 2023 mengalami peningkatan. Dimana produksi jagung meningkat sebesar 422.691 ton.


Yang layak menjadi catatan –sekaligus wahana introspeksi- pada tahun 2021 dan 2022 produksi jagung mengalami peningkatan yang fantastis, yaitu mencapai 3 juta ton. Tetapi, memasuki tahun 2023 produksinya menurun, walau secara umum terus terjadi peningkatan selama enam tahun belakang.


Sedangkan produksi ubikayu di tahun 2023 lalu mencapai 7,3 juta ton, dengan peningkatan sebesar 2.252.135 ton selama tahun 2018 hingga 2023. Pada tahun 2019, produksi ubikayu memang menurun, disebabkan adanya penurunan harga yang mengakibatkan petani tidak mendapatkan keuntungan, selain musim tanam yang tidak serentak dikarenakan banyak petani yang menunggu membaiknya harga, dan kualitas ubikayu yang tidak memenuhi standar pabrik.


Bagaimana dengan produksi padi? Mengacu pada data Dinas KPTPH Provinsi Lampung tahun 2024, produksi komoditas padi selama periode 2018 hingga 2023 mengalami penurunan. Pada 2018 produksi padi di angka 4,3 juta ton, pada 2023 turun menjadi 2,7 juta ton saja.


Jika dikalkulasikan, selama enam tahun -2018 hingga 2023-, produksi padi di Provinsi Lampung mengalami penurunan mencapai 1.614.805 ton. Meski pada tahun 2023 lalu ada beberapa wilayah yang meningkat produksi padinya, seperti Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.


Yang patut dicermati, penurunan produksi pada tahun 2023 lalu justru terjadi pada wilayah potensial padi, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, dan Pesawaran.


Berikut data produksi komoditas unggulan tanaman pangan Provinsi Lampung:

1. Produksi padi (gabah kering giling): Tahun 2018 di angka 4.343.586 ton, tahun 2019; 2.164.089 ton, tahun 2020; 2.650.290 ton, tahun 2021; 2.485.453 ton, tahun 2022; 2.688.160 ton, dan tahun 2023; 2.728.781 ton.

2. Produksi jagung: Tahun 2018 di angka 2.449.016 ton, tahun 2019; 2.374.384 ton, tahun 2020; 2.896.191 ton, tahun 2021; 3.145.015 ton, tahun 2022; 3.184.443 ton, dan tahun 2023; 2.871.707 ton.

3. Produksi ubikayu: Tahun 2018 di angka 5.055.614 ton, tahun 2019; 4.929.044 ton, tahun 2020; 5.846.981 ton, tahun 2021; 6.194.601 ton, tahun 2022; 7.372.786 ton, dan tahun 2023; 7.307.749 ton.


Berdasarkan data luas kawasan pertanian dan produksi selama enam tahun belakang, ajakan Gubernur Mirza agar petani beralih menanam jagung dan padi merupakan langkah yang tepat.


Mengapa ajakan mendadak Gubernur Mirza dinilai cukup tepat? Ini kalkulasinya:

1. Tampak adanya upaya Gubernur Mirza untuk “mengurangi beban” petani singkong yang selama ini lebih banyak menjadi permainan pabrik tanpa ada kekuatan apapun untuk memperjuangkan peningkatan pendapatannya.

2. Membatasi produksi ubikayu hasil tanaman petani, sehingga lebih banyak yang bisa diserap pabrik.

3. Memotivasi petani bahwa selama ini terbuka lebar peluang untuk peningkatan kesejahteraan dengan cara beralih komoditas yang ditanam.

4. Memperkuat sentra-sentra komoditas pangan guna mewujudkan Lampung sebagai lumbung pangan nasional.


Bagaimana dengan beragam kendala yang pasti menyertai perpindahan komoditas unggulan ini? Biarlah OPD terkait yang memikirkan solusinya. (fajar/inilampung)

LIPSUS