INILAMPUNGCOM - Gubernur Rahmat Mirzani Djausal mengungkap pentingnya literasi sebagai fondasi peradaban suatu bangsa dalam acara Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan yang dihelat Bongkar Post Group di Hotel Horison Bandarlampung, Sabtu (18/10/2025) pagi.
Pada kegiatan bertema "Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Institusi Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan di Era Digital 5.0" itu, Gubernur Mirza menyatakan, Indonesia pernah jaya dalam literasi. Namun, kini, khusus Lampung berada pada titik terendah dibandingkan provinsi lain.
Menurutnya, dengan kemajuan teknologi, literasi tetap menjadi rohnya, garda terdepannya, agar dapat mengikuti arus besar revolusi informasi yang kini sudah sampai tahap 5.0. Dimana teknologi dan literasi harus saling menguatkan.
"Kita sudah keliling daerah di Lampung, mulai dari desa, sekolah, guru, pegawai, dan sektor usaha, mendapat kesimpulan bahwa kemajuan teknologi informasi dapat menjadi acuan dalam penguatan literasi. Literasi menjadi kunci kemajuan peradaban," kata Gubernur Mirza yang hadir didampingi Kadis Kominfotik Ganjar Jationo dan Sekretaris DPRD Descatama.
Dikatakan, mengapa literasi begitu penting bagi suatu bangsa, mengapa literasi perlu dibudayakan khususnya kepada generasi muda. Apakah tidak cukup dengan teknologi informasi yang ada sekarang ini? "Pertanyaan-pertanyaan yang terkadang muncul di dalam masyarakat yang tingkat pemahaman literasinya masih rendah. Kita harus paham bahwa salah satu ciri bangsa yang maju adalah tingginya tingkat literasi," ujarnya.
Menurut Gubernur, literasi akan mampu meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan wawasan seseorang. Dan tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang tegak lurus terhadap kualitas bangsa.
Ahli menyebutkan, sambung Mirza, tingginya minat membaca buku seseorang berpengaruh terhadap wawasan, mental, dan prilaku seseorang.
Selain itu, tambahnya, kecerdasan dan pengetahuan masyarakat menentukan kualitas suatu bangsa, sedangkan hal tersebut dihasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, dan ilmu pengetahuan itu di dapat dari informasi yang diperoleh baik dari lisan maupun tulisan.
"Bagaimana kualitas suatu bangsa akan baik jika kecerdasan masyarakatnya tidak terbentuk, pengetahuan dan wawasan yang diterima berasal dari informasi bohong (hoaks), hasil dari kemajuan teknologi informasi sekarang ini tanpa kemampuan menyaring karena rendahnya literasi masyarakat di negara tersebut," tuturnya lanjut.
Dijelaskan, sejauhmana literasi bangsa, dengan jumlah penduduk yang berdasarkan sensus penduduk BPS tahun 2020 mencapai 270,20 jiwa.
Fakta ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menjadi salah satu bangsa dengan tingkat literasi yang masih rendah di dunia.
"Menurut UNESCO, Indonesia berada diurutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Artinya, minat baca sangat rendah. Masyarakat Indonesia memiliki minat baca hanya 0,001%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca, sangat memprihatinkan," urainya.
Menurut Gubernur Mirza, data ini menyatakan bahwa masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Sangat jauh bila dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Ditambahkan, peningkatan literasi dapat dilakukan dengan membaca dan menulis secara teratur, memanfaatkan sumber daya seperti perpustakaan dan internet, serta melibatkan keluarga dan lingkungan yang mendukung.
Selain itu, lanjut Mirza, melakukan kampanye sosial yaitu mengalakkan gerakan gemar membaca melalui media sosial dan komunitas lokal untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi.
Yang tidak kalah penting, kata dia, adalah kolaborasi dengan sektor swasta atau menjalin kemitraan dengan perusahaan untuk mendukung dan mendanai berbagai program literasi. (zal/inilampung)