-->
Cari Berita

Breaking News

Setelah 'Buku Fiksi Mulyono', Afnan Malay Luncurkan ‘Anjing Berbukit Kabut’ di Yogyakarta

Dibaca : 0
 
Rabu, 15 Oktober 2025


INILAMPUNG.COM, Yogyakarta --Setelah “Buku Fiksi Mulyono”, penyair  sekaligus aktivis 1998, Afnan Malay, kembali meluncurkan buku puisi terbarunya, “Anjing Berbukit Kabut” di Ruang Literasi Kaliurang, Yogyakarta, Jumat 17 Oktober 2025 pukul 15.00-18.00 WIB. 


Buku-buku Afnan, aktivis yang kembali turun ke ranah puisi dengan semangat tinggi, sebelumnya adalah “Tentang Presiden dan Pelajaran Pembaca” (2020), “Tukang Cukur Tuan Presiden: Sajak-Sajak 25 Tahun Reformasi” (2023) dan “Buku Fiksi Mulyono” (2024).


Afnan memang lebih banyak melahirkan puisi-puisi sosial politik yang terjadi di negerinya. Beberapa judul puisi kuat menyoal hal tersebut. Misalnya, Presiden Datang ke Rumah, "Itu sesuatu yang mustahil kan?" tukas Afnan yang menyindir penguasa seharusnya memang dekat dengan rakyatnya.

Afnan mengungkapkan ketika presiden datang ke rumah, rakyat menyuguhkan buah-buah naga merah kesukaan presiden. Buah naga merah metafora betapa kuatnya peran kelompok ekonomi Sembilan Naga, simbiosis penguasaa-pengusaha yang rentan vested-interest.


Atau pada puisi Tuhan, Kenapa Aku Jadi WNI? Pertannyaan yang tampaknya rasis, karena soal-soal WNI diasosiakan kepada mereka yang non pribumi. Afnan mengembalikan definisi WNI kepada semua warganegara yang merasakan situasi buruk yang berlangsung, tersendat-sendat merayapi keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Capaian terhenti sebatas jargon-jargon kosong. Bait terakhir puisi yang mempertanyakan banyak hal dan akhirnya pertanyaan itu semacam gugatan kepada tuhan, kenapa aku menjadi WNI. Tuhan terperanjat ngilu, mentikkan airmata beku 


Buku yang berisikan 99 puisi dengan ketebalan 138 halaman diberi kata pengantar Denny JA dan diakhiri penutup oleh Made Supriatma. Keduanya, memiliki perspektif politik yang berbeda. Denny sebagai peneliti dari lembaga survei dan Made pengamat politik yang kritis bisa memiliki titik temu yang sama pada puisi-puisi Afnan, banyak hal yang harus dikoreksi dan Afnan menyuarakan itu 


Dituliskan Afnan pada pembuka buku kumpulan puisinya. Seandainya kebusukan negara hari ini lupa dicatat negara, aku telah menuliskannya ke dalam ratusan puisi 


Pada peluncuran di Ruang Literasi Kaliurang, penanggungjawab acara-acara di tempat tersebut menyambut gembira. "Di RLK kami dengan senang hati mempercakapkan ide-ide. Kita tentu ingin Indonesia lebih baik. Kritik lewat puisi dasarnya adalah kecintaan terhadap kehidupan bernegara. Sebagai sebuah bangsa kita harus solid, interispeksi agar kecintaan itu tidak semu,” kata Titok Haryanto.


Diskusi yang bakal dipandu Tri Agus Susanto Siswowiharjo menampilkan sastrawan Raudal Tanjung Banua sebagai pembahas dan penulis kumpulan buku puisi Afnan.


Acara peluncuran buku puisi akan dimeriahkan musikalisasi oleh Ana Ratri dan Memet Chairul Slamet. Para pembaca puisi Dara Wita Anastasia dari Jakarta oemenang lomba baca puisi DKI Jakarta Selatan. Aly D Musyrifa, Nunung Rieta, Wahjudi Djaja, dan Labibah Zain. Pembawa Acara Savitri Damayanti dari konunitas Sastra Bulan Purnama.


"Panitia menyediakan 50 eksemplar buku yang sudah ditandatangani penyairnya kepada 50 peserta peluncuran yang datang pertama,” jelas Afnan Malay.(*/bd/inilampung)

LIPSUS