![]() |
| Gubernur Mirza mengunjungi Desa Sidang Kurnia Agung, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji (ist/inilampung) |
INILAMPUNGCOM - Hari Sabtu (22/11/2025) siang kemarin, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal didampingi Sekdaprov Marindo Kurniawan, Kepala Disnaker Agus Nompitu, dan beberapa petinggi Pemprov Lampung lainnya, mengunjungi Desa Sidang Kurnia Agung, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji.
Kunjungan kerja Gubernur Mirza ini tidak lain untuk melihat langsung realisasi program pelatihan ketenagakerjaan (naker) baru lewat vokasi GERCEP yang disebut-sebut sebagai kegiatan pertama di Indonesia.
Diketahui, Pemprov Lampung melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) menghadirkan Inovasi Pelatihan Ketenagakerjaan Baru Lewat Vokasi GERCEP Berbasis Design Thinking.
Program Pelatihan Vokasi
Desaku Maju–GERCEP, yang mengintegrasikan keterampilan teknis dengan metode design thinking untuk mendorong lahirnya solusi nyata atas persoalan lokal. Program ini menjadi terobosan baru Pemprov Lampung karena Lampung merupakan provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan design thinking dalam pelatihan vokasi berbasis desa.
Gubernur Mirza menyatakan, program Desaku Maju–GERCEP dirancang sebagai pelatihan kerja gratis yang dihadirkan Pemprov Lampung melalui Disnaker yang berperan penting dalam memastikan pelatihan berjalan standar melalui kurikulum yang relevan, instruktur bersertifikasi, serta pengawasan pelaksanaan di setiap desa.
Pendekatan pelatihan dilakukan langsung di desa agar menjangkau masyarakat usia produktif, terutama masyarakat Desil 1, keluarga penerima manfaat (KPM), dan mereka yang membutuhkan akses keterampilan tanpa harus pergi ke kota.
Sementara Kepala Disnaker Lampung, Agus Nompitu, menjelaskan, melalui metode design thinking, peserta tidak hanya belajar keterampilan teknis dan kewirausahaan, tetapi juga dilatih mengidentifikasi masalah nyata di daerahnya dan merancang solusi dalam bentuk karya inovasi.
Setelah mengikuti pelatihan, lanjut Agus, peserta akan memperoleh sertifikat kompetensi berbasis nasional dan didorong untuk memicu semangat kewirausahaan baru kecil di desa, sehingga dapat membuka peluang pekerjaan baru di desa tersebut. Selain itu, para peserta juga diarahkan ke jalur penyaluran kerja, baik ke industri, site program POC dan bed dryer.
Pelatihan di Desa Sidang Kurnia Agung, Rawajitu Utara, Mesuji, yang tengah berjalan saat ini mencakup bidang pelatihan pengelasan dasar peralatan pertanian. Selain materi teknis, peserta mengikuti kelas design thinking dan kewirausahaan pada dua hari pertama pelatihan.
Menurut Agus Nompitu, kelas ini membekali peserta kemampuan berpikir kreatif, analitis, dan inovatif untuk melihat potensi desa secara sistematis serta menciptakan peluang usaha yang relevan.
Hasilnya, para peserta berhasil menghasilkan empat prototipe inovasi yang lahir dari persoalan dan potensi riil di desa.
Prototipe pertama; Pengemasan beras inovatif. Dirancang berdasarkan tingginya produktivitas padi setempat yang belum diikuti stabilitas harga. Peserta mengusulkan hilirisasi gabah menjadi beras premium dengan kemasan menarik, sehingga meningkatkan nilai jual, menjamin kualitas, dan memperkuat pemasaran.
Prototipe kedua; Peremajaan Gedung GSG, yang berangkat dari potensi gedung serbaguna desa dan lahan pemerintah yang belum dimanfaatkan optimal akibat kondisi fisik yang kurang terawat. Peserta mengusulkan rancangan tata ulang ruang yang dilakukan secara gotong royong oleh warga untuk menjadikan gedung sebagai pusat ekonomi masyarakat.
Prototipe ketiga; Pembentukan koperasi desa, dihasilkan dari kebutuhan memperpendek rantai distribusi hasil panen seperti gabah dan jagung. Melalui koperasi desa, hasil panen dapat dijual langsung atau diolah menjadi produk bernilai tambah, sehingga keuntungan kembali ke petani dan desa. Prototipe keempat; Inovasi modifikasi mesin panen, yang menawarkan dua solusi utama: peningkatan efisiensi lahan melalui modifikasi roda agar tidak merusak struktur sawah, serta peningkatan kenyamanan operator dengan penambahan sistem pendingin sehingga proses panenmenjadi lebih efektif.
Keempat prototipe tersebut menunjukkan bagaimana metode design thinking mampu mendorong masyarakat desa menghasilkan karya inovasi yang aplikatif, bernilai ekonomi, dan potensial menjadi usaha kecil baru di desa.
Karya-karya ini juga membuka peluang sinergi lebih luas dalam ekosistem desa bersama Gapoktan, Koperasi Merah Putih, dan BUMDes, sehingga dampak inovasi dapat berlanjut dalam sistem ekonomi desa yangberkelanjutan.
Agus Nompitu menambahkan, program Desaku Maju–GERCEP menerapkan prinsip open innovation dengan membuka kolaborasi lintas pemangku kepentingan, mulai dari peserta pelatihan, pelaku usaha desa, Gapoktan, Koperasi Merah Putih, hingga BUMDes. Melalui pendekatan design thinking, peserta dilatih menggali masalah nyata di desa dan merancang solusi yang dapat dikembangkan bersama para mitra lokal. Pendekatan ini membuat proses inovasi tidak berjalan secara tertutup, melainkan menjadi ruang gotong royong yang mengintegrasikan pengetahuan lapangan, kebutuhan masyarakat, serta dukunganstakeholder desa.
Kolaborasi terbuka ini memungkinkan setiap prototipe yang dihasilkan peserta tidak hanya berhenti sebagai output pelatihan, tetapi dapat berkembang menjadi peluang usaha baru yang didukung ekosistem desa. Dengan adanya Gapoktan, Koperasi Merah Putih, dan BUMDes sebagai mitra keberlanjutan, inovasi peserta dapat diadopsi, diuji, dan diperluas untuk menciptakan lapangan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Model open innovation ini menegaskan bahwa pemberdayaan desa akan lebih efektif ketika dibangun bersama, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh seluruh elemen masyarakat. (zal/inilampung)


