![]() |
| Bupati Nanda memimpin rakor antisipasi cuaca ekstrem di Aula Pemkab Pesawaran, Gedong Tataan, Selasa (18/11/2025) siang. (ist/inilampung) |
INILAMPUNGCOM - Sadar benar bila wilayah Kabupaten Pesawaran rawan bencana hidrometeorologi, Bupati Nanda Indira Bastian pun buru-buru menggelar rapat koordinasi dengan pihak terkait, Selasa (18/11/2025 siang.
Rakor tersebut memang cukup penting, mengingat saat ini telah memasuki musim penghujan.
Rakor yang digelar di Aula Pemkab Pesawaran itu bukan hanya menyoal kesiapan mengantisipasi bencana hidrometerologi saja, namun juga membahas ancaman datangnya bencana megathrust, serta risiko penyebaran malaria yang meningkat memasuki musim penghujan.
Dua hal penting yang dibahas dalam rakor yang langsung dipimpin Bupati Nanda tersebut, yaitu tingginya frekuensi bencana berbasis cuaca ekstrem dan masih adanya empat kecamatan berstatus endemis malaria.
Bupati Nanda mengatakan, letak geografis Kabupaten Pesawaran menjadi tantangan tersendiri dalam upaya mitigasi bencana.
“Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah dengan kondisi geografis dan geologi yang rawan bencana. Sepanjang tahun 2025 hingga awal November ini tercatat sekitar 29 kejadian bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang, dan tanah longsor,” kata Nanda.
Ditekankan perlunya kesiapsiagaan lintas sektor melalui langkah terukur, kolaboratif, serta berbasis masyarakat. Seluruh rencana tanggap darurat harus diarahkan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
"Rakor ini menjadi momentum memperkuat sinergi menghadapi perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi,” ujarnya.
Menurut Nanda, sebagai salah satu wujud sinergi dapat dituangkan melalui konsep pentahelix sebagai dasar kerja sama dalam penanggulangan bencana, melibatkan unsur pemerintah, TNI, Polri, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat.
Selain bencana hidrometeorologi, lanjut Nanda, Pesawaran juga masih berada dalam kategori endemis sedang malaria dengan total kasus sebanyak 1.286.
Empat kecamatan yang masih masuk kategori endemis adalah Kecamatan Telukpandan, Padangcermin, Marga Punduh, dan Punduh Pedada.
"Saya berharap dalam beberapa tahun ke depan, Pesawaran mampu menurunkan kasus malaria secara signifikan hingga mencapai target eliminasi pada 2029," kata dia.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Pesawaran, Media Apriliana, menyampaikan edukasi pencegahan malaria melalui langkah-langkah antara lain, pemakaian kelambu berinsektisida, menjaga kebersihan lingkungan, pencegahan gigitan nyamuk, deteksi dini melalui surveilans, serta pengobatan cepat dan tepat.
Dikatakan, data menunjukkan kasus malaria sempat meningkat pada tahun 2022 hingga 2024, namun mengalami penurunan hingga Oktober 2025.
Di tempat yang sama, Kepala BPBD Pesawaran, Sofyan Agani, melaporkan, sebagai bagian dari strategi mitigasi, telah dibentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di 11 desa pada 11 kecamatan, yang didukung berbagai elemen, termasuk BPBD Provinsi Lampung, Basarnas, PMI, camat, kepala desa, serta forum relawan.
Melalui rakor ini, Pemkab Pesawaran berkomitmen untuk terus memperkuat kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan mempercepat pengendalian malaria sebagai upaya perlindungan terhadap masyarakat. Kegiatan ditutup dengan penandatanganan komitmen kerja sama lintas sektor. (zal/inilampung)


