-->
Cari Berita

Breaking News

Sudah 3 Harimau Sumatera Meregang Nyawa di Lembah Hijau

Dibaca : 0
 
INILAMPUNG
Senin, 10 November 2025

Harimau mati di Lembah Hijau (ist/inilampung)


INILAMPUNGCOM - Taman Hiburan Rakyat (THR) Lembah Hijau di kawasan Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, ternyata banyak menyimpan misteri terkait pemeliharaan hewan dilindungi khususnya harimau Sumatera.


Diam-diam, setidaknya tiga ekor harimau sumatera telah meregang nyawa di tempat wisata tersebut. Yaitu satu ekor berasal dari Kebun Binatang Solo, Jawa Tengah, satu ekor dari Kebun Binatang Solok, Sumatera Barat, dan yang terakhir satu ekor tangkapan dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).


"Selain tiga ekor harimau sumatera, kami juga pernah mendapat info ada seekor gajah yang meregang nyawa di Lembah Hijau, namun datanya kami belum mendapatkan secara valid," kata Ir. Almuhery Ali Paksi, koordinator Jaring Kelola Ekosistem Lampung (JKEL), Senin (10/11/2025) pagi.


Terkait dengan matinya harimau sumatera liar tangkapan dari TNBBS yang terakhir -diberi nama Bakas-, Almuhery menegaskan pihaknya segera mengirim surat kepada Presiden Prabowo dan Kementerian Kehutanan. 


"Kami minta dilakukan pemeriksaan terhadap kinerja pejabat TNBBS, BKSDA, dan THR Lembah Hijau. Cabut izin Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau," kata Koordinator JKEL itu.


Menurut dia, Kemenhut harus menginvestigasi penyebab kematian fauna langka yang dilindungi dunia tersebut.


Sementara Julian Manaf, SE, dari MEPEL, menyatakan, ada indikasi tewasnya Bakas akibat kecerobohan Tim BKSDA dan LK Lembah Hijau.


"Kementerian Kehutanan harus turun langsung mengusut tragedi ini," ujar pencinta alam senior itu.


Almuhery yang juga dikenal sebagai aktivis dari Yayasan Masyarakat Hayati Indonesia (YMHI), menambahkan, LK Lembah Hijau harus diperiksa atas kematian harimau sumatera yang tidak hanya terjadi kali ini saja. "Tindak tegas para petinggi Kemenhut jangan hanya mengaum di kantor saja," tandasnya.


Sebelumnya, Ketua Umum Cakra Surya Manggala (CSM), Dr. Mujizat Tegar Sedayu, SH, MH, IFHGA, juga menuntut Kepala BKSDA Bengkulu SKW III Lampung, Itno Itoyo, SHut, MSc, bertanggungjawab atas kematian Bakas yang merupakan hasil tangkapan dari TNBBS.


Dikatakan, Tim GAKKUM Kementerian Kehutanan RI harus segera turun tangan untuk memeriksa Kepala BKSDA Bengkulu SKW III Lampung atas kematian harimau tersebut. "Jangan dianggap biasa saja," katanya di Jakarta, Sabtu (8/11/2025) siang.


Almuhery berpendapat, ada ketidakberesan para pengelola kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sehingga laju kepunahan harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) cenderung semakin cepat.


Indikasi kepunahan harimau sebagai satwa kunci (key species) selain gajah dan badak sumatera adalah indikator hilangnya kawasan konservasi dari bumi Indonesia. 


Di Lampung saja, sejak 8 Februari hingga 31 Mei 2024, telah terjadi serangkaian konflik antara harimau dengan manusia yang merangsek ke TNBBS di wilayah Resort Suoh. Kejadian ini berkelanjutan hingga dua nyawa melayang dan satu korban sempat kritis.


Harimau yang kemudian menjadi "tersangka" utama terjadinya konflik, sehingga diburu memakai sekian perangkap jebak di dalam kawasan TNBBS sejauh 1,3 km dari perbatasan dari green belt TNBBS. 


Ironisnya, menurut Almuhery, harimau terakhir merupakan salah tangkap.


Dikatakan, sudah ada dua ekor harimau yang masuk box trap, dan dipastikan bukan harimau yang terindentifikasi menyerang warga. Apa boleh buat, harimau betina terpaksa pasrah tercerabut dari habitatnya dipindah ke Kebun Binatang Lembah Hijau di Sukadanaham, Kota Bandarlampung.


Di Kebun Binatang Lembah Hijau, harimau yang diberi nama Putri Sentani bertemu dengan harimau yang sudah lima tahun berada di Lembah Hijau, yakni Batua. (zal/inilampung)

LIPSUS