Cari Berita

Breaking News

Balada Seorang Narapidana (Bagian 368)

Selasa, 03 Januari 2023
Views


Oleh, Dalem Tehang


SELEPAS solat Isya berjamaah, kami semua penghuni kamar 30 membaca surah Yasin dilanjutkan tahlil. Sebelum berdoa, kap Yasin meminta pak Waras memberi pencerahan. 


Dengan suara khasnya; berat menggema, pak Waras memulai tausiyahnya. Dikatakan, pada hakekatnya ujian bukanlah hukuman. Melainkan kasih sayang dari Tuhan agar kita lebih tabah mengarungi kehidupan. Dimana kehidupan itu sendiri bagaikan jalan, tidak selalu mulus, dan lurus. Terkadang licin, becek, dan kering. Pun banyak kerikil, bebatuan juga debu.


“Tapi, dengan banyaknya rintangan itulah yang membuat hidup kita lebih bermakna dan berwarna. Dan kita akan lebih memahami arti dari sebuah kehidupan,” tutur pak Waras.


Ditambahkan, kehidupan merupakan perjalanan panjang yang harus ditempuh. Ada kalanya kita menjadi lilin untuk menerangi kehidupan orang lain, ada masanya kita menjadi pohon untuk meneduhkan kehidupan orang lain. Bahkan, ada saatnya kita menjadi tisu untuk menghapus air mata orang lain. 


“Dan terkadang, Allah menolong kita bukan dengan sesuatu yang menyenangkan, tetapi dengan sakit, luka, kecewa ataupun terpuruk di dalam sel penjara. Itu semua terjadi, karena Allah ingin menyelamatkan kita dari orang, tempat, maupun keadaan yang salah,” sambung pak Waras.


Mengutip pendapat Ibnu Jauzi dalam bukunya Shaydul Khatir, pak Waras menyampaikan: menyembunyikan kesulitan atau kesusahan termasuk menutupi rahasia. Karena dengan menampakkannya, akan membuat senang orang yang membenci, dan akan membuat sedih orang yang mencintai.     


“Memasuki tahun baru ini, ayo kita semua jadi insan yang hayyin, layyin, qarib, dan sahl. Apa itu? Hayyin adalah orang yang tidak mudah marah, melainkan selalu teduh dan tenang jiwanya. Layyin adalah orang yang santun dan lemah lembut dalam bertutur kata. Qarib adalah orang yang akrab dan ramah serta menyenangkan, sedang sahl adalah orang yang selalu memudahkan urusan orang lain. Apakah kita yang di penjara bisa menjadi seperti itu semua? Pasti bisa kalau niat kita kuat untuk mewujudkannya. Dan kata Nabi Muhammad SAW, orang dengan kriteria tersebut akan terbebaskan dari sentuhan api neraka,” urai pak Waras, panjang lebar. 


Sekitar 20 menit pak Waras menyampaikan tausiyahnya, dan menutupnya dengan mengajak semua penghuni kamar 30 untuk membedah diri sendiri, melalui perenungan dengan memahami pesan Syekh Arifin bin Ali bin Hasan.


“Hadratus Syekh Arifin bin Ali bin Hasan menyampaikan: tidaklah sempurna iman seseorang yang hanya mensucikan dzahirnya tanpa mensucikan akal dan hatinya, karena hakekatnya yang kotor adalah akal, hawa nafsu, dan hatinya, bukan badannya,” kata pak Waras, mengakhiri pencerahannya.


Dan setelah ditutup dengan doa bersama, kami segera makan malam. Suasana terus ceria dan penuh sukacita, walau kap Yasin menyampaikan bila kami tidak mengikuti acara bakar ikan seperti penghuni kamar yang lain.


Ketika kami tengah berbincang ringan di ruang depan, sipir Almika datang. Ia membawa dua bungkusan cukup besar.


“Apa ini, Mika?” tanyaku, saat ia menyelipkan bungkusan yang dibawanya melalui sela-sela jeruji besi.


“Makanan sama minuman dan rokok buat om. Kan Malem Tahun Baruannya cuma di kamar, biar tetep happy, Mika bawain ini,” jawab sipir Almika, seraya tersenyum.


“Ahamdulillah. Terimakasih banyak ya, Mika. Makin banyak dan barokah rejekimu,” kataku dan menyalami Almika dengan penuh ungkapan terimakasih atas perhatiannya.


“Aamiin, tetep saling doa ya, om. Inshaallah, di tahun baru nanti kita semua terus sehat dan tetep happy,” sahut Almika tetap tersenyum ramah.


“Bukan, kok kamu tahu kalau om dan kawan-kawan cuma di kamar aja nikmati pergantian tahunnya, Mika?” tanyaku, penasaran.


“Tadi Mika cek di daftar yang ikut acara bakar ikan nanti, kamar 30 nggak ada. Berarti kan om sama kawan-kawan di kamar aja,” jawab Almika, dengan gaya santainya.


“O, ada daftarnya ya, Mika. Banyak ya yang ikut acara nanti itu,” ujarku.


“Adalah om daftarnya. Banyak yang ikut. Bahkan di blok ini, cuma kamar 30 aja yang nggak ikutan,” jawab Almika.


“O gitu, tapi nggak ada sanksi kan kalau nggak ikut acaranya,” kataku dengan cepat.


“Nggak adalah om, mau sanksi apa juga. Kalau emang nggak bisa, masak mau dipaksain. Tapi biasanya, ada aja yang iseng. Ngompor-ngompori sipir atau penanggungjawab blok. Inshaallah, kalau kamar om aman aja kok,” ucap Almika, tetap dengan gaya santainya.


“Maksudnya ngompor-ngompori itu gimana, dan?” kap Yasin menyela.


“Ada aja yang manas-manasi sipir atau penanggungjawab blok gitulah, kap. Dianggep kamar ini nggak bisa jaga kebersamaan. Tapi, mau kayak mana ya kalau emang nggak bisa,” kata Almika lagi.


“Kira-kira kami bakal kena masalah nggak ya, dan. Kami nggak ikut acara nanti itu, karena bener-bener nggak bisa bayar sokongannya,” sambung kap Yasin.


“Inshaallah, nggak ada masalah, kap. Tenang aja. Tadi juga komandan sudah bilang, jangan ada yang ngusilin kamar 30 karena nggak ikutan acara bakar-bakar ikan nanti,” jelas Almika.


“Alhamdulillah kalau gitu, dan. Plong hati kami sekarang,” ucap kap Yasin, seraya mengatupkan kedua tangannya di dada. Ekspresi hormatnya kepada sipir Almika.


Tidak lama kemudian, sipir Almika meninggalkan kamar kami. Kembali ke pos penjagaan. Ku buka bungkusan yang ia berikan. Ternyata berisi berbagai makanan dan minuman ringan. Juga tiga bungkus rokok.


“Alhamdulilllah, ini rejeki kita semua. Rokoknya, satu bungkus buat ramai-ramai, yang sebungkus buat kap, dan satunya jatahku,” kataku, sambil menebar berbagai makanan dan minuman ringan pemberian sipir Almika di lantai depan tempat kami duduk seraya berbincang ringan.


“Alhamdulillah, begitu indahnya cara Allah kasih kita rejeki. Seperti janji-Nya, Dia akan beri rejeki dari tempat yang tidak terduga, dan Dia buktiin sama kita malem ini,” kata pak Waras, sambil membuka bungkus roti dari pemberian sipir Almika.


“Maksud konkretnya gimana, pak?” tanya Anton.


“Ya ini, siapa yang ngeduga kalau pak Almika mau kasih kita makanan dan minuman sebanyak ini. Kita ini tahanan, dia sipir. Beda kasta. Bahkan lazimnya, kita yang tahanan kasih dia sesuatu. Tapi kan faktanya terbalik. Malahan sipir yang kasih tahanan. Ini semua bukti, kalau janji Allah pasti bener dan diwujudin,” jelas pak Waras. (bersambung)

LIPSUS